Pengetahuan Dasar Adhesive untuk Produksi di Industri
top of page
  • Gambar penulisPaulus

Pengetahuan Dasar Adhesive untuk Produksi di Industri


Perekat (Lem) Adhesive

Lem telah menjadi kebutuhan penting dalam produksi sebuah produk.

Perekat (lem) adhesive sendiri di Indonesia, juga sering sebagai lem, semen, lendir, atau pasta, adalah zat non-logam apa pun yang diterapkan pada satu atau kedua permukaan dari dua benda terpisah yang mengikatnya bersama-sama dan menahan pemisahannya.


Meskipun demikian, dalam Bahasa inggris adhesive dan glue memiliki arti yang berbeda, glue merupakan bagian dari adhesive dan identik dengan bahan lem alami. Sedangkan adhesive memiliki arti yang lebih luas, segala jenis substrat yang kental dan berguna untuk merekatkan, identic dengan lem sitentis seperti epoksi. Karena di Indonesia stigma lem sudah kuat maka disini penulis akan menggunakan istilah lem.


Penggunaan lem menawarkan keuntungan tertentu dibandingkan teknik mengikat lainnya seperti menjahit, pengencang mekanis, atau pengelasan. Ini termasuk kemampuan untuk mengikat bahan yang berbeda bersama-sama, distribusi tegangan yang lebih efisien di seluruh sambungan, efektivitas biaya dari proses mekanis yang mudah, dan fleksibilitas yang lebih besar dalam desain. Lem dapat ditemukan secara alami atau diproduksi secara sintetis.


Cara Penggunaan Lem Adhesive

Mesikpun Lem serbaguna sangat populer, tapi pada kenyataannya tiap jenis lem adhesive memiliki fungsi yang berbeda-beda, bahkan melalui penggunaan additive karakteristik lem dapat direkayasa sesuai dengan kebutuhan, meskipun demikian tetap ada constraint batasan dari sifat dasar resin atau material dasar jenis lem.


Lem adhesive diaplikasikan dengan memberikan lem pada salah satu atau kedua permukaan yang direkatkan. Kemudian disejajarkan dan tekanan ditambahkan untuk meningkatkan daya rekat dan menghilangkan ikatan gelembung udara. Cara umum menerapkan lem termasuk kuas, rol, menggunakan film atau pelet, pistol semprot dan lem tembak. Semua ini dapat digunakan secara manual atau otomatis sebagai bagian dari mesin.


Mengenai pemilihan alat untuk mengaplikasikan lem semua tergantung pada besarnya luas permukaan yang akan diaplikasikan, seberapa kental viskositas lem yang digunakan, dan karakteristik lem tersebut sebelum kering sampai kering. Misalnya pada lem instant atau super glue, harus digunakan tube yang dapat dibuka tutup dan memiliki nozzle kecil, karena sifat instant glue kebanyakan encer dan cepat kering ketika terekspos udara.


Kekuatan Lem

Mengenai kekuatan lem juga tergantung seberapa banyak lem adhesive yang digunakan dan luas area di mana lem adhesive akan diterapkan. Semakin banyak lem yang digunakan dengan luas area yang lebih besar maka kekuatan lem cenderung akan meningkat.


Tiap jenis lem memiliki keuatan maksimal yang berbeda-beda, tergantung pada karakteristik masing2 jenis lem, misalnya pada lem silikon pada umunya hanya memiliki kekuatan tarik tensile strength 10-30 kg/m², sedangkan pada epoxy bisa memiliki kekuatan tarik tensile strength hingga 100-300kg/m². Apakah hal ini membuat lem epoxy lebih baik dari lem silikon, jawabannya belum tentu, meskipun secara kekuatan dibawah epoksi, kita tetap harus melihat kebutuhan aplikasi kita, lem silikon lebih banyak dipakai sebagai sealant dan memiliki kekerasan yang lebih empuk (soft), serta relatif lebih murah.


Kekuatan lem terhadap tiap material juga berbeda-beda, misalnya lem silikon cenderung lebih kuat menempel di material seperti kayu dan metal, tetapi lebih lemah ketika menempel di material halus seperti kaca dan keramik. Maka ketika kita membeli lem hal yang wajib diperhatikan adalah melihat kekuatan maksimal yang dicapai lem tersebut. Untuk itu wajib memperhatikan material yang anda gunakan. Tabel dibawah membantu anda untuk memberikan rekomendasi penggunaan lem.

Proses Pengeringan

Pada umumnya lem yang sering kita gunakan, seperti lem instant/super glue hanya dengan membiarkannya terkena udara selama 3-5 detik akan kering, tapi pada kenyataannya banyak jenis lem lain seperti silikon dan PU yang perlu waktu lebih lama 3-4 jam hingga 1 hari hanya untuk mencapai tahap kering awal atau yg sering disebut waktu setting. Berikut contoh proses pengeringan lem lainnya.


Epoksi 2-part: memiliki 2 bagian, resin dan hardener, harus dicampur sesuai dengan kadar perbandingan pencampuran lem. Kering dalam waktu 15 menit - 1 hari


Epoksi 1-part: harus dipanaskan menggunakan oven pada suhu 80-150°C.

Lem Threadlocker: harus diletakkan pada material metal dan tertutup rapat tanpa udara, seperti obeng dengan ulir.


Lem UV: harus menggunakan sinar UV untuk mengeringkan lem secara instant. Biasanya berbahan akrilik, cyanoacrilic, epoxy,dll


Proses Penyimpanan Lem

Pada umumnya lem harus disimpan di tempat yang tertutup dan tidak terkena udara, selain itu harus disimpan ditempat yang sejuk, beberapa jenis lem seperti lem CA, lem silikon akan memiliki umur lebih panjang jika disimpan di suhu kulkas. Hindari tempat yang panas karena beberapa jenis lem akan kering atau rawan terbakar bila diletakkan disuhu tinggi. Hindari juga dari sinar matahari, beberapa lem yang berwarna putih atau transparan akan menguning karena efek degradasi dari polymer.


Topik Artikel Berikutnya: Cara Memilih & Kelebihan Menggunakan Lem

Ketika kita melihat toko lem, kita menemukan banyak sekali jenis lem, dan kadang kita bingung untuk memilih lem yang mana, untuk itu penting sekali kita bertanya kepada penjual lem yang sudah ahli dan membantu menentukan mana paling cocok untuk aplikasi kita. Oleh karena itu, pada artikel berikutnya kita akan membahas lebih detail mengenai cara penggunaan lem, kekuatan lem, proses pengeringan bagaimana cara memilih lem yang tepat untuk projek anda.

72 tampilan0 komentar
Button
Button
Inner-of-CFM3000_edited.png
Button
Inner-of-CFM3000_edited.png
Button
bottom of page